HAKEKAT GEOGRAFI


Berdasarkan hasil Semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang 1988 merumuskan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan. Kemudian jika mengacu pada pendapat Daldjoeni (1987:9) mengatakan bahwa geografi secara umum dibagi menjadi dua, yaitu geografi alam dan geografi manusia.
Geografi mengkaji manusia dengan lingkungannya yang menjadi sebuah system saling mempengaruhi, maka Salladien (2005) mengatakan mengenai ‘system’ yang umum kita kenal, system geo-grafi merupakan ‘sesuatu’ yang berimplikasi adanya keter-kaitan satu sama lain. Begitu pula dalam sistem geografi yang ‘berkaitan’ (linked) adalah elemen natural dan human. Elemen nature lebih bersifat ‘physically’, disisi lain elemen human lebih bersifat ‘man made’, yang apabila dikaitkan ke duanya merupakan satu sistem disebut ‘sistem geografi’ (geographical system), keduanya bersifat ‘inter-dependensi’ (interdependency) atau ‘saling bergantung’.  


Sistem Natural
                            
                                                           
Hakekat                 Interdependency                  Independency
Geografi               Geography                           Ilmu Lain
 

           
                                  SISTEM HUMAN

 

Gambar 1


MODEL HAKEKAT INTERDEPENDENCY

Sebagai ilmu pengetahuan, Geografi tidak menjawab apa dan di mana, tetapi mengapa terjadi di wilayah itu dan tidak terjadi di wilayah lain, kadang diartikan dengan “lokasi pada ruang”, sering juga para ahli geografi menyebut ilmu ini sebagai spatial science (Jarome etl, 2003:8). Secara teoritis, Hermawan (2009:86) menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam menelaah suatu persoalan keruangan geografi memiliki tiga pendekatan utama yaitu (1) pendekatan spasial, (2) pendekatan ekologis dan (3) pendekatan kompleks wilayah sebagai gabungan dari pendekatan (1) dan (2). Pendekatan ketiga merupakan cara yang lebih tepat digunakan untuk menelaah fenomena geografis yang memiliki tingkat kerumitan tinggi karena banyaknya variabel pengaruh dan dalam lingkup multi dimensi (ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan).
Bintarto (1984) menjelaskan lebih lanjut bahwa pada dasarnya ruang lingkup geografi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dipaparkan oleh Daldjoeni di atas, kemudian Daldjoeni (1982:24) menjabarkan lebih jelas bahwa faktor-faktor fisik yang mempengaruhi kehidupan manusia meliputi:
1.      Lokasi, lokasi suatu tempat dalam  suatu wilayah adalah penting juga untuk relasi keruangan yang lain seperti posisi, jarak, luas, serta bentuk. Iklim menentukan hasil pertanian, daerah tropika yang baik untuk berbagai  perkebunan menjadi rebutan kaum penjajah dimasa lampau, iklim menentukan tata kerja sepanjang tahun.
2.      Bentuk relief, mempengaruhi pelaksanaan pengangkutan, perbedaan relief yang menonjol juga akan menyebabkan perbedaan suhu tahunan, tamasya dan pembuangan air (adanya rawa, danau dan bendungan).
3.      Tipe tanah menentukan kesuburan wilayah, tanah berkapur melahirkan daerah dengan penduduk miskin dan kurang gizi. Tanah yang subur mendasari kepadatan penduduk dan kualitas pertanian.
4.      Kontak dengan lautan yang penting
5.      Jenis flora fauna, mempengaruhi kegiatan perekonomian manusia.
6.      Kondisi air menentukan dapat tidaknya wilayah dihuni dengan baik sehingga
7.      Sumber-sumber mineral mempengaruhi dan mendorong perdagangan.
Proses pembangunan dan pengembangan pelabuhan pada dasarnya adalah meningkatkan unsur-unsur dari kepelabuhanan, namun pengembangan kepelabuhanan juga tidak lepas dari sudut pandang geografi baik secara keruangan, ekologi, ataupun kewilayahan. Berbeda dengan sudut pandang secara ekonomi yang lebih mengedepankan menejemen dan income, sedangkan sudut pandang geografis lebih mengedepankan konsep letak, jarak, persebaran, keterjangkauan, dan lain-lain serta hubungan manusia dengan pelabuhan sebagai unsur penyedia jasa.
Hermawan (2009:77) menambahkan konsep 10 esensial geografi , yaitu “a) konsep lokasi; b) jarak; c) konsep keterjangkauan; d) konsep pola; e) konsep morfologi; f) konsep aglomerasi; g) konsep nilai guna; h) konsep interaksi dan interelasi; i) konsep diferensiasi areal dan j) konsep asosiasi“. Dipandang dari pendapat Bintarto, Daldjoeni, dan Hermawan di atas ada beberapa keterkaitan dengan pelabuhan antara lain:
1.      Konsep Lokasi; yaitu letak di permukaan bumi, misalnya  Gunung Bromo ada/terletak di Jawa Timur. 
2.      Konsep Jarak; yaitu jarak dari satu tempat ke tempat lain. Jarak  dibagi menjadi jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut merupakan jarak yang ditarik garis lurus antara dua titik.  Dengan demikian jarak absolut adalah jarak yang sesungguhnya. Jarak relatif adalah jarak atas pertimbangan tertentu misalnyarute, waktu, biaya, kenyamanan dsb. Misalnya jarak Jakarta ke Bandung 180 km atau Jakarta – Bandung dapat ditempuh dalam waktu 3 jam melewati Puncak. Kedua hal ini merupakan contoh jarak relatif berdasarkan pertimbangan rute dan waktu.
3.      Konsep Keterjangkauan; yaitu mudah dijangkau atau tidaknya suatu tempat, misalnya dari Jakarta ke Kota Cirebon lebih mudah dijangkau dibandingkan dengan dari Jakarta ke Pulau Kelapa (di kepulauan Seribu) karena kendaraan Jakarta – Cirebon lebih mudah didapat dibandingkan dengan Jakarta – Pulau Kelapa. 
4.      Konsep Pola; yaitu persebaran fenomena antara lain misalnya pola pemukiman yang menyebar, yang berbentuk garis dan sebagainya.
5.      Konsep Morfologi; yaitu bentuk lahan, misalnya dalam kaitannya dengan erosi dan sedimentasi. 
6.      Konsep Aglomerasi; yaitu pola-pola pengelompokan/konsentrasi. Misalnya sekelompok penduduk asal daerah sama, masyarakat di kota cenderung mengelompok seperti permukiman elit, pengelompokan pedagang dan sebagainya. Di desa masyarakat rumahnya  menggerombol/mengelompok di tanah datar yang subur.
7.      Konsep Nilai Kegunaan; yaitu nilai suatu tempat mempunyai kegunaan yang berbeda-beda dilihat dari fungsinya. Misalnya daerah wisata mempunyai kegunaan dan nilai yang berlainan bagi setiap orang. Tempat wisata tersebut belum tentu bernilai untuk pertanian atau fungsi lainnya. 
8.      Konsep Interaksi dan Interdependensi; yaitu keterkaitan dan ketergantungan satu tempat dengan tempat lainnya. Misalnya antara kota dan desa sekitarnya terjadi saling membutuhkan.
9.      Konsep Deferensiasi Areal; yaitu fenomena yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya atau kekhasan suatu tempat. 
10.  Konsep Keterkaitan Keruangan (Asosiasi); yaitu menunjukkan derajat keterkaitan antar wilayah, baik mengenai alam atau sosialnya.

Berdasarkan penjelasan di atas memberikan makna yang tersirat bahwa sebagai ilmu pengetahuan geografi tidak dapat dikelompokkan ke dalam ilmu eksak ataupun ilmu social. Mengapa demikian?karena geografi mempunyai objek kajian yang berbeda dan model analisanya juga berbeda dengan kedua kelompok ilmu pengetahuan tersebut, selain itu mengingat geografi mengkaji fenomena geosfer yang selalu terjadi dan dialami manusia, maka sangat pantaslah bila di“stempel” sebagai The Father of Science.

DAFTAR RUJUKAN
Daldjoeni. 1982. Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Bandung: PT. Alumni.
Daldjoeni. 1987. Pokok-pokok Geografi Manusia. Bandung: PT. Alumni.
Hermawan, I. 2009. Geografi; Sebuah Pengantar. Bandung: PT. Publishing.
Jarome, etl. 2003. Introduction to Geography 3th. New York:The Mc Graw Hill.
Salladien, 1996. Prospek Masa Depan Ilmu Geografi. Ceramah Bagi Mahasiswa Jur Pend Geografi FPIPS IKIP Surabaya.