Apakah Anda bisa
membedakan antara cuaca dengan iklim? Untuk mengetahuinya cobalah Anda simak
pernyataan ini “Hari ini sangat cerah”, dan “Bulan bulan belakangan ini tidak
tampak turun hujan, sehingga dimana-mana terjadi kekeringan”. Nah bisakah Anda
membedakan pernyataan tersebut? Pernyataan yang pertama menunjukkan saat itu
juga, waktunya sangat singkat. Dan saya percaya Anda pasti bisa menjawab bahwa
pernyataan pertama adalah menunjukkan “cuaca” dan pernyataan yang kedua, karena
waktunya sangat lama/panjang, hal itu menunjukkan “iklim”. Benarkah demikian?
Untuk mengetahuinya marilah kita bahas bersama-sama tentang cuaca dan iklim
serta unsur-unsurnya.
A.
Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan
udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada
jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan
jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang
hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta
setiap jamnya. Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu
sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca hasil analisis Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan. Untuk negara negara yang sudah maju
perubahan cuaca sudah diumumkan setiap jam dan sangat akurat (tepat). Iklim
adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya
dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang
luas. Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di
bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain,
misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara,
pegunungan, arus laut dan badai.Perlu Anda ketahui bahwa ilmu yang mempelajari tentang
iklim disebut Klimatologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang
keadaan cuaca disebut Meteorologi
B.
Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
Ada beberapa unsur yang
mempengaruhi cuaca dan iklim, yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara
dan curah hujan.
1. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau
derajat panas disebut thermometer Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub, makin dingin.
derajat panas disebut thermometer Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub, makin dingin.
Di lain pihak, pada waktu kita mendaki
gunung, suhu udara terasa dingin jika ketinggian bertambah. Kita sudah
mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara berkurang
(turun) rata-rata 0,6o C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient
temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah
1o C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya suhu udara suatu daerah adalah:
a. Lama penyinaran matahari
b. Sudut datang sinar matahari.
c. Relief permukaan bumi.
d. Banyak sedikitnya awan.
e. Perbedaan letak lintang.
Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
Keterangan:
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Contoh:
Temperatur permukaan laut = 27o C. Kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya: Berapa temperatur rata rata kota X?
Temperatur permukaan laut = 27o C. Kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya: Berapa temperatur rata rata kota X?
Jawab:
Matahari merupakan sumber panas.
Pemanasan udara dapat terjadi melalui dua proses pemanasan, yaitu pemanasan
langsung dan pemanasan tidak langsung.
a.
Pemanasan secara langsung
Pemanasan secara langsung dapat terjadi melalui beberapa proses sebagai
berikut:
1)
Proses absorbsi
adalah penyerapan unsur-unsur radiasi matahari, misalnya sinar gama,
sinar-X, dan ultra-violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi matahari tersebut
adalah oksigen, nitrogen, ozon,
hidrogen, dan debu.
hidrogen, dan debu.
2) Proses refleksi
adalah pemanasan matahari terhadap udara tetapi dipantulkan kembali ke
angkasa oleh butir-butir air (H2O), awan, dan partikel-partikel lain di
atmosfer.
3) Proses difusi
Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar gelombang pendek biru dan
lembayung berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan langit berwarna
biru.
b.
Pemanasan tidak langsung
Pemanasan tidak langsung dapat terjadi dengan cara-cara berikut:
1) Konduksi
adalah pemberian panas
oleh matahari pada lapisan udara bagian bawah kemudian lapisan udara
tersebut memberikan panas pada lapisan udara di atasnya.
2) Konveksi
adalah pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke atas.
3) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara
yang horizontal (mendatar).
4) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang tidak teratur dan
berputar-putar ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan kembali ke
atmosfer.
Turbulensi
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 4 berikut.
Gambar
4. Pengaruh atmosfer terhadap energi panas matahari.
(Konsep Dasar Indraja dan Pengolahan Citra, Bakosurtanal, 1995)
(Konsep Dasar Indraja dan Pengolahan Citra, Bakosurtanal, 1995)
Di Indonesia, keadaan
suhu udara relatif bervariasi. Data rata-rata suhu udara di beberapa kota di
Indonesia, dapat Anda lihat pada tabel 2.
Tabel
2. Rata-rata suhu udara di beberapa kota di Indonesia.
Rata-rata suhu tahunan, di Indonesia
sekitar 26,80 C. Dalam peta, daerah daerah yang suhu udaranya sama dihubungkan
dengan garis isotherm.
2.
Tekanan Udara
Kepadatan udara tidak sepadat tanah dan air. Namun udarapun mempunyai
berat dan tekanan. Besar atau kecilnya tekanan udara, dapat diukur dengan
menggunakan barometer. Orang pertama yang mengukur tekanan udara adalah Torri
Celli (1643). Alat yang digunakannya adalah barometer.
Anemometer dan Barometer
Tekanan udara menunjukkan tenaga yang
bekerja untuk menggerakkan masa udara dalam setiap satuan luas tertentu.
Tekanan udara semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut.
Satuan ukuran tekanan udara adalah
milibar (mb).
1
mb = 3/4 mm tekanan air raksa (t.a.r)
atau
1.013
mb = 76 cm t.a.r = 1 atmosfer
Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat
yang sama tekanan udaranya disebut isobar. Bidang isobar ialah bidang yang
tiap-tiap titiknya mempunyai tekanan udara sama. Jadi perbedaan suhu akan
menyebabkan perbedaan tekanan udara.
Daerah yang banyak menerima panas
matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu, daerah tersebut
bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara tinggi sehingga
terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
udara rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.
3. Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Ada
tiga hal penting yang menyangkut sifat angin yaitu:
• Kekuatan angin
• Arah angin
• Kecepatan angin
a. Kekuatan Angin
Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient
barometriknya. Berlaku rumus berikut.
Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan
tekanan udara dari dua isobar pada tiap jarak 15 meridian (111 km).
Gambar
5. Kekuatan angin A dan P terletak pada isobar 1000 mb. B dan Q pada isobar 990
mb. Jarak AB = 80 km, Jarak PQ = 150 km.
Jadi angin yang
bertiup dari A ke B lebih kuat daripada angin yang bertiup dari P ke Q.
b. Arah Angin
Satuan yang digunakan untuk besaran arah angin biasanya adalah derajat.
·
1 derajat untuk angin arah dari Utara.
·
90 derajat untuk angin arah dari Timur.
·
180 derajat untuk angin arah dari Selatan.
·
270 derajat untuk angin arah dari Barat.
Angin menunjukkan dari mana datangnya
angin dan bukan ke mana angin itu bergerak. Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi
(maksimum) ke daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara
berbelok ke kanan sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke kiri.
Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor:
1) Gradient barometrik
2) Rotasi bumi
3) Kekuatan yang menahan (rintangan)
Makin besar gradient barometrik, makin
besar pula kekuatannya. Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan
bentuk bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin. Pembelokan angin di
ekuator sama dengan 0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin besar.
Pembelokan angin yang mencapai 90o sehingga sejajar dengan garis isobar disebut
angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di daerah beriklim sedang di atas
samudra.
Kekuatan yang menahan dapat membelokan
arah angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke
arah kiri, ke kanan atau ke atas.
c. Kecepatan angin
Atmosfer ikut berotasi dengan bumi. Molekul-molekul udara mempunyai
kecepatan gerak ke arah timur, sesuai dengan arah rotasi bumi. Kecepatan gerak
tersebut disebut kecepatan linier. Bentuk bumi yng bulat ini menyebabkan kecepatan
linier makin kecil jika makin dekat ke arah kutub. Lihat tabel 3. Alat yang
digunakan untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer.
Tabel
3. Hubungan antara lintang tempat dan kecepatan linier.
d. Sistem Angin
1)
Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik
menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa).
a) Angin
Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara.
b) Angin
Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di
daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara
vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan
Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT).
DKAT ditandai dengan temperatur yang
selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari
adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah
tenang).
2) Angin Anti
Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di
daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara disebut
Angin Anti Passat Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin
Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20o - 30o LU dan LS,
angin anti passat kembali turun secara vertikal sebagai angin yang kering.
Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk
gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika),
dan gurun di Australia.
Di daerah Subtropik (30o – 40o LU/LS)
terdapat daerah “teduh subtropik”yang udaranya tenang, turun dari atas, dan
tidak ada angin. Sedangkan di daerah ekuator antara 10o LU – 10o
LS terdapat juga daerah tenang yang disebut daerah “teduh ekuator” atau “daerah
doldrum”
3) Angin Barat
Sebagian udara yang berasal dari daerah maksimum subtropis Utara dan
Selatan mengalir ke daerah sedang Utara dan daerah sedang Selatan sebagai angin
Barat. Pengaruh angin Barat di belahan bumi Utara tidak begitu terasa karena
hambatan dari benua. Di belahan bumi Selatan pengaruh angin Barat ini sangat
besar, tertama pada daerah lintang 60oLS. Di sini bertiup Barat yang
sangat kencang yang oleh pelaut-pelaut disebut roaring forties.
4) Angin Timur
Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah dengan
tekanan udara maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin ke daerah
minimum subpolar (60o LU/LS). Angin ini disebut angin Timur. Angin
timur ini bersifat dingin karena berasal dari daerah kutub.
5) Angin Muson (Monsun)
Angin muson ialah angin yang berganti arah secara berlawanan setiap
setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang
kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia.
Di Indonesia angin ini
merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim Barat di
belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik danSamudra
Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi Musim
Penghujan.
Musim
penghujan meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia, hanya saja persebarannya
tidak merata. Makin ke Timur curah hujan makin berkurang karena kandungan uap
airnya makin sedikit.
Pada bulan April – Oktober,
matahari berada di belahan langit Utara, sehingga benua Asia lebih panas
daripada benua Australia. Akibatnya, di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara
rendah, sedangkan di Australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang
menyebabkan terjadinya angin dari Australia menuju Asia. Di Indonesia, terjadi
angin musim timur di belahan bumi Selatan dan angin musim barat daya di belahan
bumi Utara. Oleh karena tidak melewati lautan yang luas maka angin tidak banyak
mengandung uap air oleh karena itu pada umumnya di Indonesia terjadi musim
kemarau, kecuali pantai barat Sumatera, Sulawesi Tenggara, dan pantai Selatan
Irian Jaya. Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut Musim Pancaroba
(Peralihan), yaitu: Musim Kemareng yang merupakan peralihan dari musim
penghujan ke musim kemarau, dan Musim Labuh yang merupakan peralihan musim
kemarau ke musim penghujan.
Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu:
Udara terasa panas, arah angin tidak teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba
dalam waktu singkat dan lebat.
Angin Lokal
Di samping angin musim, di Indonesia juga
terdapat angin lokal (setempat) yaitu sebagai berikut:
1. Angin darat dan angin laut
Angin ini terjadi di
daerah pantai. Pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas dibandingkan
dengan lautan. Angin bertiup dari laut ke darat, disebut angin laut
.Sebaliknya, pada malam hari daratan lebih cepat melepaskan panas dibandingkan
dengan lautan. Daratan bertekanan maksimum dan lautan bertekanan minimum. Angin
bertiup dari darat ke laut, disebut angin darat.
2. Angin lembah dan angin gunung
Pada siang hari udara yang seolah-olah
terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas dibandingkan dengan udara di
puncak gunung yang lebih terbuka (bebas), maka udara mengalir dari lembah ke ke
puncak gunung menjadi angin lembah. Sebaliknya pada malam hari udara mengalir
dari gunung ke lembah menjadi angin gunung.
3. Angin Jatuh yang sifatnya kering dan
panas
Angin Jatuh atau Fohn ialah angin jatuh
bersifatnya kering dan panas terdapat di lereng pegunungan Alpine.
Sejenis angin ini banyak
terdapat di Indonesia dengan nama angin Bahorok (Deli), angin Kumbang
(Cirebon), angin Gending di
Pasuruan (Jawa Timur), dan Angin Brubu di Sulawesi Selatan).
3. Kelembaban Udara
Di udara terdapat uap air yang berasal
dari penguapan samudra (sumber yang utama).Sumber lainnya berasal dari
danau-danau, sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Makin tinggi suhu
udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya. Hal ini berarti makin lembablah
udara tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara dinamakan hygrometer atau
psychrometer.
Ada dua macam kelembaban udara:
1)
Kelembaban udara absolut,
ialah banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu tempat. Dinyatakan
dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m³ udara.
2) Kelembaban
udara relatif, ialah perbandingan
jumlah uap air dalam udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum
yang dapat dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan
dalam persen (%).
Contoh:
Dalam 1 m³ udara yang suhunya 20o C terdapat 14 gram uap air (basah absolut = 14 gram), sedangkan uap air maksimum
yang dapat dikandungnya pada suhu 20o C = 20 gram.
Jadi kelembaban relatif udara
4.
Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang
turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
- bentuk medan/topografi
- arah lereng medan
- arah angin yang sejajar dengan garis
pantai
- jarak perjalanan angin di atas medan
datar
Hujan ialah peristiwa sampainya air dalam
bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi. Garis
pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama
disebut Isohyet.
Klasifikasi hujan
a. Berdasarkan ukuran butirannya ,hujan
dibedakan menjadi:
1) hujan gerimis/drizzle, diameter
butir-butirannya kurang dari 0,5 mm;
2) hujan salju/snow, terdiri dari
kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di bawah titik beku;
3) hujan batu es, merupakan curahan batu
es yang turun di dalam cuaca panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik
beku; dan
4) hujan deras/rain, yaitu curahan air
yang turun dari awan yang temperaturnya di atas titik beku dan diameter
butirannya kurang lebih 7 mm.
b. Berdasarkan proses terjadinya, hujan
dibedakan atas:
1) Hujan
Frontal
Hujan frontal adalah
hujan yang terjadi di daerah front, yang disebabkan oleh pertemuan dua massa
udara yang berbeda temperaturnya. Massa udara panas/lembab bertemu dengan massa
udara dingin/padat sehingga berkondensasi dan terjadilah hujan. Lihat gambar.
2) Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis
Jenis hujan ini terjadi karena udara naik
disebabkan adanya pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o LU -
23,5o LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus konveksi
menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat pemanasan
air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun hujan. Itulah sebabnya
jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial atau hujan konveksi. Disebut
juga hujan zenithal karena pada umumnya hujan terjadi pada waktu matahari melalui
zenit daerah itu. Semua tempat di daerah tropis itu mendapat dua kali hujan
zenithal dalam satu tahun. Lihat gambar.
3) Hujan Orografis/Hujan Naik Pegunungan
Terjadi karena udara yang mengandung uap
air dipaksa oleh angin mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin
dingin sehingga terjadi kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai hujan.
Hujan yang jatuh pada lereng yang dilaluinya disebut hujan orografis, sedangkan
di lereng sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan disebut daerah
bayangan hujan. Lihat gambar.
5. Awan
Awan ialah kumpulan
titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena adanya
kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan yang menempel
di permukaan bumi disebut kabut.
a. Menurut morfologinya (bentuknya)
Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Awan Commulus yaitu awan yang
bentuknya bergumpal-gumpal (bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.
2) Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan
tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus
awan stratus adalah awan yang rendah dan luas.
3)
Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat,
berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak dapat
menimbulkan hujan.
b. Berdasarkan ketinggiannya
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Awan
tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m),
karena tingginya selalu terdiri dari kristal-kristal es.
a) Cirrus (Ci) : awan tipis
seperti bulu burung.
b) Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti tabir.
c) Cirro Cumulus (Ci-Cu) :
seperti sisik ikan.
2) Awan
sedang (2000 m – 6000 m)
a) Alto Comulus (A-Cu) : awan
bergumpal gumpal tebal.
b) Alto Stratus (A- St) : awan
berlapis-lapis tebal.
3) Awan
rendah (di bawah 200 m)
a) Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan bergumpal- gumpal.
b) Stratus (St) : awan merata
rendah dan berlapis-lapis.
c) Nimbo Stratus (No-St) :
lapisan awan yang luas, sebagian telah merupakan hujan.
4) Awan
yang terjadi karena udara naik,
terdapat pada ketinggian 500 m–1500 m
a) Cummulus (Cu) : awan
bergumpal-gumpal, dasarnya rata.
b) Comulo Nimbus (Cu-Ni) : awan yang bergumpal gumpal luas dan
sebagian telah merupakan hujan, sering terjadi angin ribut.
DAFTAR PUSTAKA
Tjascono, B. 1990. Klimaotologi Dasar. Bandung. ITB Press.
Suhandi, Andi , dkk. (2007). Konsep Dasar Bumi Antariksa untuk SD. Bandung. UPI
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/04/cuaca-dan-iklim.html
http://slazyfauzi.blogspot.com/2011/01/keanekaragaman-sosial-dan-budaya.html
http://syadiashare.com/siklus-air.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar